Wiel Coerver [destentor.nl]
Pada hari Minggu, 1 Juni 1975, Manchester United memainkan duel klasik (pertandingan pertama) di Tanah Air melawan PSSI Tamtama di Senayan, Jakarta. Jakarta baru dihuni 3,5 juta penduduk, masih terlihat hijau, dan lalu lintas belum semrawut seperti sekarang ini. Saat itu cuaca di Jakarta mencapai 27 derajat Celcius dengan tingkat kelembaban 72%.
Inilah susunan skuad MU ketika melawan Indonesia pada 1 Juni 1975.
Pada awal Mei 1975, Wiel Coerver ditunjuk sebagai pelatih baru timnas senior, yang dulu disebut Indonesia Tamtama. Coerver bukan seorang pelatih yang minim prestasi. Pada musim 1973/1974, dia sukses membawa Feyenord sebagai klub pertama asal Belanda yang meraih titel Piala UEFA.
Didampingi asisten pelatih, Wim Hendriks, Coerver diharapkan membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 1978. Lantas, laga melawan Ajax dan Manchester United dalam turnamen segitiga dijadikan ajang pemanasan sebelum Pra Olimpiade 1976 melawan Kore Utara. Pertandingan PSSI Tamtama melawan MU merupakan partai pembuka.
Kualitas MU 1975 kalah jauh dibandingkan MU 2009. Tommy "The Doc" Docherty membesut The Red Devils sejak akhir musim 1972. Dia mampu menyelamatkan MU dari jurang degradasi, tapu musim berikutnya gagal. MU terpaksa memainkan musim 1974/1975 di Divisi Dua.
Waktu itu, trio emas George Best, Denis Law, dan Bobby Charlton sudah meninggalkan MU. Denis Law pindah ke Manchester City pada musim 1973/1974. Penyebab terdegradasinya MU pada musim itu karena gol Denis Law dalam derby Manchester.
Pada waktu itu, MU ternyata mengecewakan pengurus PSSI maupun masyarakat penggemar sepakbola sejak mendarat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Mereka tidak mendatangkan seluruh pemain intinya seperti yang telah dijanjikan. Rombongan mereka hanya 14 orang yang terdiri dari 12 pemain, seorang pelatih, dan seorang manajer.
Dulu, MU bermain ala kadarnya, asal tidak kebobolan. Ketika terjadi pergantian pemain di babak II, yang masuk sebagai pengganti adalah pemain bertubuh gendut bernama Tommy Docherty, yang tidak lain adalah sang manajer.
Tugas "The Doc" dihadapan 70.000 penonton kala itu adalah untuk mengganggu pergerakan trio penyerang Indonesia, yaitu Waskito, Risdianto, dan Andi Lala. Tak heran, hanya dalam waktu 5 menit, Docherty terkena kartu kuning dari wasit Kosasih Kartadireja. Pada akhirnya, pertandingan berakhir seri 0-0 karena gawang Ronny Pasla juga jarang dihajar tembakan penyerang MU.[Goal]
hahaha.... tapi sekarang MU pastii nggak bakalan berlaku tidak professional gitu... mosok manager ndiri ikutan main??
ReplyDelete@zujoe: benar tuh...ceritanya lucu bgt MU waktu itu...sampe2 manajernya jg ikut maen...udah itu gendut lagi...he3x
ReplyDeletehalo...thanks ya udah main2 ke blogku....
ReplyDeleteQ yakin.......nnti Mu akan brmain dengan....semangat!!!!!!
ReplyDeletedan akan d' imbangi oleh anank" merah putih!!!!!!!!
Wah2 sejarah yg harus diingat orang nih, bahwa jaman dulu tim Indonesia cukup disegani
ReplyDeleteGaruda di dadaku!!!!
ReplyDeleteKUYAKIN HARI INI PASTI MENANG!!!!
wah...keren sobat
ReplyDeletebaru tau kl dulu MU pernah ke Indo..
KALAU BISA TIMNAS SIAPKAN KERANJANG UNTUK MENAMPUNG GOL-GOL PEMAIN MU HA!!!!!!!
ReplyDeleteSEMOGA PEMAIN INDONESIA TIDAK MENJADI PENONTON YG MENGAGUMI PEMAIN MU.
ReplyDeleteKepada:
ReplyDelete@keranjang: jgn gitu donk sob...masa sampe pake keranjang segala...he3x
I WAS THERE... I WAS WATCHING LIVE IN STADIUM !!!hebat euy, ada liputannya setalah puluhan tahun silam terjadi... hebat yaa PSSI, bisa nahan seri MU dan kalau nggak salah cuman kalah 1-2 dari Ajax. Hidup PSSI (jaman itu) !!!!
ReplyDelete